Selasa, 26 Juni 2012

Lost in Macau

Hari kedua di Hong Kong planning saya mau menyebrang ke Macau dengan menggunakan Ferry  Turbo Jet. Dari hotel di Chungkin Mansion jalan kaki menyusuri daerah Tsim Sha Tsui saya mampir dulu di Avenue of Star. Jalan di pinggir pelabuhan Victoria ini terdapat cap telapak tangan berbagai bintang film terkenal di Hongkong. Sejarah industri film di Hongkong juga dapat kita temui disini. 
Setelah ambil gambar di beberapa spot perjalanan saya lanjutkan menuju Pelabuhan Terminal Ferry. Pelabuhan ini terletak di sebuah gedung lantai 2 bergabung dengan sebuah mall sehingga tidak nampak seperti pelabuhan pada umumnya di Indonesia. Setelah membayar HKD 360 saya menuju kapal Turbo Jet HK-Macau. Perlu diketahui bahwa Macau secara adminstratif termasuk bagian dari negara China tetapi secara kedaulatan merupakan negara bagian khusus seperti Hongkong. Sehingga untuk masuk ke Macau kita harus menggunakan pasport seperti masuk ke negara lain. \
Setelah melalui pengecekan imigrasi perjalanan saya lanjutkan menuju Macau selama 1 jam. Setelah sampai di pelabuhan Macau kita harus melalui tahap pengecekan imigrasi lagi. Sayang pada saat itu antrean orang yang mau masuk ke Macau mengular karena pintu imigrasi hanya buka sebagian. Setelah antre selama 2 jam akhirnya saya bisa keluar dari pelabuhan Macau.
Hal pertama yang saya tuju adalah mencari free shuttle bus yang akan menuju ke Grand Lisboa. Setelah ketemu bus tersebut membawa saya ke daerah Grand Lisboa yang terdapat pusat kasino terbesar di Macau. 
Untuk masuk ke kasino tidak dikenakan biaya apapun alias gratis. Seperti berada di film-film Hongkong suasana kasino yang mewah serta bodyguard berseragam orange bertebaran dimana-mana mengawasi setiap pengunjung.

Setelah jalan sebentar didalam kasino saya keluar dari area hotel Grand Lisboa. Sempat bingun karena lupa gak bawa peta Macau membuat saya nyasar kemana-mana. Cuaca panas dan bingung membuat cepat gempor dan lapar menyerang. Mau nanya belum tentu ada yg bisa bhs Inggris.
Akhirnya dengan mengandalkan feeling backpaker saya mengikuti arus lalu lalang orang dijalan. Tak dinyana akhirnya ketemu juga tempat yang saya tuju. Senado Square. Sebuah kawasan yang dikelilingi bangunan bergaya eropa peninggalan Portugis yang menjadi salah satu ikon kota Macau.

Satu destinasi telah tercapai destinasi berikutnya adalah reruntuhan bangunan katedral yang bernama St. Paul. Sebenarnya lokasinya satu kompleks dengan Senado Square tapi berhubung buta arah jadi sempet nyasar juga setelah nanya seorang turis ternyata tempatnya dibelakang Senado Square. 
St. Paul dulunya adalah sebuah gereja terbesar di Macau kemudian terjadi kebakaran besar dan hanya menyisakan bagian depan gereja yang sekarang disebut Ruins of St. Paul.

Tak terasa waktu sudah sore padahal masih dua tujuan lagi yang ingin saya temukan yaitu The Venettian dan Macau Tower. Tapi sepertinya gak keburu jadi 2 tempat lagi saya skip dari planning. Waktunya kembali ke Hongkong dengan Turbo Jet. Masih ada satu destinasi di Hongkong yang belum saya lewati yaitu The Peak yang terletak di Hongkong Island.

Setelah 1 jam perjalanan via laut akhirnya sampai juga di pelabuhan Ferry HK Island. Keluar dari pelabuhan buta arah kembali terjadi. Setelah tanya sana sini akhirnya ketemu juga bis yang menuju ke The Peak. Sesampainya di The Peak waktu sudah menjelang malam tapi gak apa yang penting bisa hunting photo di tempat tersebut. The Peak merupakan sebuah bangunan berbentuk unik yang terletak di bukit Victoria Hill. Didalamnya terdapat museum lilin Madame Tussaud. Ada juga trem yang kuno yang menuju kota tapi antreannya gila panjang banget. Setelah puas photo sana sini saya kembali ke menuju ke pelabuhan ferry via bus untuk mencari stasiun MRT terdekat.

Agak bingung juga masuk stasiun bawah tanah ala Hongkong luasnya bikin bingung walaupun papan petunjuk jalan cukup banyak. Hanya 15 menit naik MRT melewati jalur bawah tanah selat Hongkong akhirnya sampai juga di stasiun MRT terdekat dengan hotel saya.

Seperti biasa perut sudah keroncongan langsung menuju ke KFC. Menu KFC di Hongkong sedikit berbeda dengan di Indo. Ada roasted chicken yang yummy dan kue portuguise egg tart yang gurih dan nikmat. Lelah dan capek akhirnya bikin ngantuk dan tidur pulas setiba di kamar hotel.

Bangun kesiangan waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi dengan kecepatan tinggi langsung packing dan mandi karena jadwal pesawat jam 2 harus sudah ready. Setelah check out eh ketemu Bertha lagi yg juga mau check out. Dia mau pergi ke Shenzen China daratan. Setiba di perempatan jalan kita berpisah tanpa sempat bertukaran FB maupun email. Bye bertha see you next.......

Untuk menuju ke bandara bisa naik bis ataupun MRT. Sebenarnya saya mau mampir ke Stasiun Disneyland sebelum ke airport via MRT. Tapi karena bangun kesiangan disneyland saya skip daripada resiko ketinggalan pesawat. Huft banyak sekali jadwal yang harus di skip dalam perjalanan kali ini.
Sesampai di counter check in Cathay Pacific disambut rombongan TKW yang mau mudik ke Indo. Mungkin karena tampang saya kaya TKI oon ada ibu TKW yang sudah lama tinggal di Hongkong menolong menguruskan cara check in dan boarding pass di Cathay. Dia berbicara menggunakan bahasa mandarin ke CS Cathay dan menyuruh saya diam saja karena dia bakal urus semuanya. Hmm  malah nawarin nasi bungkus juga serta uang saku 15 ribu rupiah  buat jajan. Hihihi hadeehh...dia bilang "jangan pergi jauh jauh mas bareng sama kita aja nanti nyasar lho di bandara" Haduh ibu makasih deh pertolongannya tapi saya sudah hafal dengan airport HKIA ini. 
Tak lama saya sudah terbang bersama Cathay Pacific dan tiba di Surabaya dengan selamat. See you to my next travelling...


Minggu, 15 April 2012

Lost in Hongkong


Setelah lebih dari sebulan saya ditugaskan di Karachi Pakistan akhirnya waktu untuk jalan-jalan tiba juga. Berangkat dari hotel Sarai jam 8 malam dengan dianter teman baik sekaligus manager hotel Mr. Shakeel dengan mobil tuanya Suzuki Mehran sampai juga di Airport Moh. Ali Jinnah. Setelah sempat ngomel ngomel gak keruan karena ditilang polisi gara-gara dituduh melanggar lampu merah Shakeel saya traktir burger McD biar agak tenang. Seluruh sisa uang Rupee pakistan saya tukarkan dapet 100 US dollar. Lumayan buat uang jajan selama di Hongkong nanti. On board jam 00.30 waktu lokal akhirnya saya terbang dengan Cathay Pacific meninggalkan kota Karachi. Bulan di Karachi saat itu indah sekali ketika diintip dari jendela pesawat sayang gak sempat saya abadikan dengan my gear HS10.
Pukul 6 pagi saya tiba di Bandara Svarnabhumi Bangkok untuk stop over selama 2 jam. Selama menunggu saya dan penumpang lain diharuskan untuk menunggu di dalam peasawat dan dilarang untuk keluar. Sungguh membosankan. Tepat pukul 8 pagi waktu setempat saya terbang lagi menuju ke Hongkong. Jam 12.30 siang akhirnya tiba di Bandara HKIA Hongkong.
Hal pertama yang saya lakukan adalah membeli Octopus card seharga 150 dolar HK untuk kebutuhan transportasi selama di Hongkong. Kemudian keluar dari airport dengan menumpang Airport bus no A21 seharga 33 dollar HK menuju kawasan Kowloon yaitu Tsim Sam Tsui salah satu destinasi utama turis di HK.

Setelah sampai halte Tsim Sam Tsui sempet linglung juga melihat keramaian pusat kota. Setelah jalan kaki tak tentu arah dan mengandalkan insting akhirnya ketemu juga tujuan saya yaitu Gedung Chun King Mansion. Didalam gedung tersebut tersedia puluhan hotel lowbudget. Ratusan orang dari berbagai belahan dunia lalu lalang di dalam gedung tersebut tapi kebanyakan didominasi sama orang kulit hitam alias negro.

Sekali lagi dengan mengandalkan insting akhirnya ketemu juga hotel incaran saya tapi sayangnya full booked semua. Akhir pekan di HK benar benar ramai dan diluar dugaan saya kalau sampai hampir seluruh hotel penuh semua. Tak dinyana saya bertemu dengan teman senasib yaitu sama-sama gak dapet kamar hotel. Dia bernama Bertha berasal dari Honduras umurnya kurang lebih 25 tahunan. Karena senasib kami sama-sama mencari hotel dari lantai ke lantai dan sialnya lift yang ada sedang rusak. Huuft..
Dan yang lucu setiap kami tanya ke petugas hotel mereka menganggap kami adalah sepasang kekasih dan diberi satu kamar untuk berdua. Weew..aseekk. Dari lantai 14 sampai lantai 7 belum dapat kamar juga akhirnya saya ketemu hotel yang bernama London Guesthouse. setelah sempat dibilang kamarnya penuh sama mbak penjaga kami sempat putus asa juga. Tak dinyana si mbak ngobrol sama temennya dengan bahasa cirebonan. Halah setelah tau kalau saya dari Indonesia juga akhirnya dikasih juga kamar 1 untuk saya dan satu untuk bertha. Gak jadi deh sekamar sama Bertha hehe dan si embak juga baik banget nawarin indomi dan makanan malah mau nganter ke warung indonesia kalo butuh makanan indo.
Perlu diketahui kamar hotel di HK rata-rata sangat sempit berukuran 1,5 x 3 m. Cuma cukup untuk selonjor satu orang dan kamar mandi yang juga sangat sempit. Setelah mandi dan ganti baju saya cabut buat jalan menikmati suasana kota Hongkong di sore hari. Maksud hati mau ngajak ngedate malem mingguan si Bertha tapi daripada malu kalo ditolak mending cabut sendirian seperti biasanya. Kali ini tujuan tempat huntung saya adalah Victoria Harbour. Cuma jalan sekitar 500 m sampailah saya di Victoria Harbour. Tempatnya sangat cozy dan tersambung dengan Avenue of Star dan taman jam kota. Ketika malam hari di tempat tersebut digelar acara Symphony of the light yaitu pertunjukan kolosal lampu laser dan lampu gedung bertingkat yang terletak diseberang Victoria harbour. Benar-benar mengesankan buat turis backpaker seperti saya.

Setelah hunting foto sana sini ketika malam semakin larut akhirnya saya kembali ke hotel. Sempat bingun buat makan malam akhirnya saya mampir ke KFC. Lihat menu di KFC Hongkong bener-bener membuat perut semakin keroncongan. Nasi jamur dan ayam panggang serta portugis egg tart langsung disantap dengan nikmatnya. Jam 11 malem baru kembali ke kamar hotel. Rencana besoknya adalah bangun pagi-pagi dan hunting di Avenue of Star dilanjut menyeberang ke Macau dengan menggunakan Turbo jet. (to be continued)