Senin, 02 September 2013

Jalan-jalan mudik 2013

Lebaran tahun 2013 kemarin kami merencanakan untuk melakukan perjalanan mudik kembali. Seperti tahun-tahun sebelumnya mudik kali ini kami sekeluarga akan mampir ke beberapa destinasi wisata di sepanjang perjalanan mudik ke rumah kami di Madiun Jawa Timur. Setelah review dari beberapa destinasi wisata di internet akhirnya tujuan utama jalan-jalan mudik kali ini bertemakan alam pegunungan. Maka pilihan kami pun jatuh ke tempat wisata dataran tinggi dieng Wonosobo dan  dan Ketep Pass di Magelang.

Berbeda dengan tahun- tahun sebelumnya yang selalu melalui jalur pantura kali ini saya ingin mencoba jalur Selatan. Setelah persiapan seperlunya di Bandar Lampung saya dan kawan berangkat mudik menuju Purwokerto dulu untuk mengantar kawan-kawan saya yang mau mudik ke Purwokerto. Selajutnya saya balik ke Cirebon untuk menjemput keluarga saya yang stay di rumah mertua di Cirebon. Baru kemudian jalan-jalan mudik via jalur selatan di mulai.

Perjalanan sepanjang Lampung sampai tol Cikampek berjalan lancar tanpa kendala apapun baru setelah keluar dari pintu tol Sadang Purwakarta kemacetan tidak bisa saya hindari. Dari planning awal kami perjalanan Lampung-Purwokerto selama 12 jam molor menjadi 24 jam lebih karena kondisi jalan yang sangat macet di sepanjang jalur Purwakarta sampai Cirebon. Benar-benar perjalanan yang melelahkan mudik tahun ini beda dengan mudik tahun sebelumnya.

Setelah dari Purwokerto saya pulang ke Cirebon. Besok malamnya akhirnya kami pun berangkat mudik ke Madiun Jawa Timur. Selepas dari kota Cirebon pada pukul 23.00 perjalanan via jalur selatan kami tempuh melalui jalur Purwokerto lagi. Selama perjalanan di jalur selatan kami tidak menemui kendala dan lancar jaya hingga mencapai kota Wonosobo di pagi harinya. Karena baru pertama kali melalui jalur selatan membuat rasa penasaran saya bertambah karena melewati kota baru yang jarang kami lewati. Dari Purwokerto melalui Purbalingga hingga masuk Wonosobo kendala utama hanya rasa kantuk yang luar biasa yang tak henti-hentinya menyerang.
Pemandangan dari Gardu Pandang Dieng

 Setelah sempat istirahat beberapa kali akhirnya kami pun menemukan jalur menuju Dataran Tinggi Dieng dari kota Wonosobo. Sempat menemui papan peringatan yang menyebutkan ada hambatab jalan longsor menuju ke Dieng membuat kami ragu tapi setelah tanya sana-sini akhirnya kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan karena untuk mobil kecil seperti Kijang LGX yang kami tumpangi masih bisa untuk melewati
daerah yang terjadi longsor.


Kiara narsis dulu di Gerbang Dieng
iPerjalanan mendaki pun dimulai jalanan aspal mulus nan sempit dan berbagai tanjakan pun kami lalui ditambah bus-bus kecil dan ketika melewati pasar membuat kemacetan tidak bisa dihindari. Untungnya hawa pegunungan nan sejuk dan pemandangan alam yang menawan membuat perjalanan semakin menyenangkan. Sepanjang kanan dan kiri jalan didominasi ladang terasiring yang ditanami berbagai sayur-sayuran. Bukit dan lembah yang hijau menambah semangat untuk menikmati keindahan alam di sekitar pegunungan Dieng ini. Tujuan pertama harus dicoba sebelum memasuki kawasan Dieng dan wajib dikunjungi adalah Gardu Pandang. Kawasan ini berupa bangunnan bertingkat dengan landscape pemandangan pegunungan yang menawan. Kami pun akhirnya memutuskan untuk berhenti di spot satu ini. Setelah beberapa kali mengambil gambar bersama anak-anak akhirnya kami melanjutkan perjalanan kembali. Spot lain yang wajib kita kunjungi sepanjang perjalanan ke Dieng adalah gapura yang bertuliskan Kawasan Dieng Plateau. Banyak wisatawan yang berhenti untuk sekedar mengambil gambar dengan latar gapura ini.

 Semakin siang kabut pun mulai turun. Hawa dingin mulai menusuk tulang beruntung kami sudah menyiapkan jaket untuk anak-anak. Tak lama kemudian sampailah kami di Kawasan Dieng. Ada 3 destinasi wajib untuk para pengunjung yang baru pertama kali mengunjungi dataran tinggi Dieng ini yaitu Pertama adalah Komplek Candi Arjuna. Kedua adalah Kawah Sikidang sedang ketiga adalah Telaga Warna. Masih banyak sebenarnya spot-spot wisata lain yang tak kalah menariknya namun untuk kali ini kami hanya prioritaskan tiga spot utama dulu karena keterbatasan waktu.

Komplek Candi Arjuna
Kunjungan pertama kami mulai dengan Komplek Candi Arjuna yang merupakan peninggalan candi Hindu tertua di tanah Jawa. Komplek Candi Arjuna terletak dihamparan luas dengan taman dan ruput hijau terbagi dalam dua barisan.Pada bangunan timur terdapat Candi Arjuna, Puntadewa, Srikandi dan Sembadra. Sedang bangunan barat hanya terdapat satu candi yaitu candi Semar. Di dalam komplek Candi Arjuna sebenarnya terdapat 19 candi namun hingga kini hanya tersisa 8 candi yang masih berdiri kokoh.Di areal komplek candi kita juga bisa mencoba berbagai kuliner khas Dieng yaitu manisan Carica, kopi Purwoceng maupun Mie Ongklok khas Dieng.

Setelah puas kami pun melanjutkan perjalanan ke spot berikutnya yaitu Kawah Sikidang. Kawah Sikidang merupakan salah satu kawah populer yang menjadi tujuan utama pengunjung Dieng. Hamparan batu cadas putih kekuningan menyambut kita begitu sampai diarea parkir. Bau belerang yang menyengat pun menusuk hidung bagi yang tidak terbiasa mungkin akan pusing. Beberapa penjual masker akan berdatangan menawarkan maskernya. Dari kejauhan tampak asap putih mengepul keluar dari mulut kawah terbesar.
Pesona kawah Sikidang dari ketinggian.
Untuk menuju kawah utama kita bisa berjalan kaki maupun menyewa motor trail dengan tarif 50rb per jam. Yang unik dari kawah Sikidang ini adalah tempatnya yang bisa berpindah-pindah. Ini terjadi bila tekanan dari magma diperut bumi mencapai puncaknya sehingga mencari celah baru untuk menjadi kawah baru lagi. Di seputar areal Kawah kita bisa membeli berbagai oleh-oleh berupa cendera mata yang terbuat dari batu belerang maupun buah-buahan khas seperti Carica, kentang merah dan lain-lain.

Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju spot terakhir kami yaitu Telaga Warna. Setelah mengikuti papan petunjuk arah sampailah kami di Area Telaga Warna. Sebelum masuk kawasan ini kita beli tiket masuk dulu sebesar 2000 per orang. Di kawasan ini terdapat 2 telaga yaitu Telaga Warna dan Telaga
Pengilon. Telaga Warna ini terbentuk dari bekas cekungan kawah yang sangat luas sehingga perpaduan
Pemandangan di Telaga Warna
berbagai material alam dan air ketika terkena pantulan sinar Matahari  menghasilkan warna-warni air di permukaan telaga yang sangat indah. Ada perpaduan warna biru, hijau dan kuning  yang terbias sangat menawan yang bisa berubah-ubah warnanya. Selain telaga warna dan telaga pengilon terdapat tiga gua, batu belik dan batu tulis di areal wisata ini. Salah satunya adalah gua Semar, gua Sumur dan gua Jaran. Selain keindahan alamnya berbagai cerita mistis pun menyertai keberadaan gua-gua ini. Yang pasti semua keindahan alam ini merupakan salah satu bukti kebesaran Allah SWT yang patut kita syukuri.

Karena menjelang sore kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mudik menuju Magelang. Kami berencana untuk menginap di salah satu hotel yang terdapat di kota gethuk ini. Perjalanan dari Wonosobo menuju Magelang kami tempuh selama 4-5 jam. Sebelumnya sempat buka puasa di Rumah Joglo yang terkenal dengan ikan Gurame bakar madunya di daerah Temanggung untuk mengisi perut kami. Sampai di kota Magelang sekitar pukul 8 akhirnya kamipun memutuskan untuk menginap di Hotel Borobudur Indah yang terletak di tengah kota Magelang.

Keesokkan harinya perjalanan mudik kami lanjutkan. Dari magelang kami menuju ke pertigaan Blabak untuk menuju ke kawasan Ketep Pass. Diawali dengan jalan sempit dan berlubang kami pun melaju melewati beberapa tanjakan di jalur ini. Jalan ini merupakan jalur alternatif dari Borobudur Magelang  menuju ke Selo dan keluar di Boyolali untuk melanjutkan ke kota Solo.

Mampir ke Ketep Pass Volcano Theater
Selama perjalanan kita akan disuguhi areal persawahan dan pegunungan di apit oleh puncak Merapi dan puncak Merbabu. Ketep Pass sendiri merupakan spot wisata yang berfungsi untuk stasiun pengamatan aktivitas Gunung Merapi. Di kawasan ini telah dilengkapai dengan area gardu pandang lengkap dengan teleskop pengamatan dan yang paling menarik adalah wahana Volcano Theatre yang didalamnya kita bisa menonton film mengenai meletusnya gunung Merapi yang terjadi beberapa waktu lalu. Dengan membayar 7000 per orang kita bisa menikmati film dokumentasi tentang musibah Gunung Merapi yang meletus dan keluarnya uap panas yang disebut Wedus Gembel. Dengan durasi selama 30 menit kami pun puas menikmati suasana mencekam ketika film tersebut diputar. Setelah itu kami pun memandangi puncak Merapi yang begitu kokoh diselimuti awan dan membayangkan kengerian jika peristiwa Merapi tersebut murka kembali. Namun sayangnya cuaca menjadi mendung sehingga puncak merapi pun tertutup awan tebal menyembunyikan kemegahannya.

Setelah puas kami melanjutkan perjalanan melalui jalur pegunungan Selo Boyolali dan lanjut menuju kota
Gardu pandang untuk memantau aktivitas Gn. Merapi
Solo. Dari Solo kami seperti tahun-tahun sebelumnya melalui Karanganyar untuk menuju kawasan Tawangmangu di pegunungan Lawu. Tak banyak yang kami temui disini karena sudah banyak spot wisata yang kami kunjungi sebelumnya seperti Air terjun Grojogan Sewu atau Telaga Sarangan. Tak lama kemudian kami sampai di kota Magetan dan masuk kota Madiun ketika hari menjelang malam. Sesampainya di rumah kami pun puas karena perjalanan mudik kali ini benar-benar mengesankan dan tak terasa tiga kawasan pegunungan telah kami lewati dengan segala keunikannya. Nantikan perjalanan kami berikutnya yang tak kalah menarik dengan perjalanan sebelumnya.